Dulu
aku selalu membandingkan hidupku dengan yang lain. Seberapa menariknya hidupku
dibanding mereka. Bagiku mereka hidup dengan penuh warna. Terutama warna cinta.
Warna yang hingga saat itu belum aku miliki.
Aku mengenal apa itu cinta. Aku juga
tahu apa itu cinta. Aku juga merasakan cinta. Cinta dari orang tua. Cinta dari
sahabat. Tapi belum cinta dari yang aku cintai. Kata teman-temanku aku termasuk
tipe orang yang pemilih. Itu yang menyebabkanku menjomblo selama 19 tahun
lamanya. Mungkin benar, dan aku bisa menerima itu sebagai alasannya.
Tidak ada yang menarik bagiku.
Entahlah, apa yang membuatku sampai saat itu belum bisa membuka hati. Saat itu
aku sedang dekat dengan seorang teman cowok baru. Belum terlalu lama kenal.
Namun aku dan dia sudah terlihat akrab. Saat aku tahu dia sudah punya pacar,
aku berusaha untuk tidak terlalu sering berbalasan pesan singkat kepadanya dan
mengurangi waktu bertemu. Alasanku masuk akal. Aku hanya tidak ingin pacarnya
berpikir yang macam-macam tentangku. Siapa yang ingin disalahkan karena menjadi
orang ketiga.
Aku pernah berkata padanya, jika
punya masalah yang ingin diceritakan, apapun itu, aku siap jadi pendengar yang
baik. Semenjak itu ia jadi sering berbagi masalah kuliah, hal-hal buruk yang
dia alami, bahkan tentang masalah percintaannya. Aku selalu berusaha menjadi
pendengar yang baik dan memberikan saran yang terbaik menurutku dalam
menyelesaikan setiap keluhannya. Makin hari kedekatan itu semakin terasa. Aku
merasa tidak ada jarak diantara kami. Aku yang tahu dia hampir seluruhnya, dan
dia yang sudah sangat mengenalku. Terlebih lagi, aku dan dia memiliki teman
yang sama.
Hari demi hari bergulir begitu
cepat. Aku merasa saat itu hubungan kami tidak seharusnya seperti itu. Ada yang
salah dari semuanya. Ini sudah terlalu jauh bagi hubungan seorang sahabat. Aku
ingin menghentikan semuanya sebelum terlambat. Sempat aku menjauh darinya. Tapi
aku jadi merasa bersalah saat dia mencari-cari keberadaanku yang tiba-tiba
menghilang. Dan, akhirnya aku kembali padanya. Kembali kepada keadaan yang
seharusnya tidak pernah terjadi. Aku dan dia, kami berdua jadian.
Dia memutuskan pacarnya dengan
alasan yang ia rahasiakan dariku. Aku merasa bersalah saat itu. Namun, hati
tidak bisa berbohong. Aku memang menyukainya. Apalagi saat dia bilang bahwa dia
juga menyukaiku. Baiklah, untuk saat itu aku tahu hati memang yang paling
benar.
Saat itu ada banyak sekali yang
ingin aku lakukakn bersamanya. Layaknya seperti pasangan lain. Aku ingin
melalukan itu bersamanya. Padahal kisah itu baru berjalan 45 hari. Tapi
tiba-tiba semuanya itu sirna. Ternyata karma berlaku. Dan apa yang mereka
katakan soal bahagia diatas kisah sedih orang lain tidak akan bertahan lama itu
benar. Kami putus. Dia kembali pada mantan pacarnya. Cinta mereka ternyata
belum usai. Aku benci. Aku benci saat semua yang sudah aku rencanakan untuknya
harus hancur saat itu juga.
Saat hari ulang tahunnya tiba,
padahal dulu aku berencana akan memberikan kejutan yang tidak akan pernah dia
lupakan. Tapi sepertinya kejutan itu akan diberikan orang lain, bukan aku.
Selamat ulang tahun ya. Maaf karena
aku tidak bisa mengucapkan kata-kata itu langsung padamu waktu itu. Pesan
singkat berisi ucapan selamat ulangtahun yang kau terima saat itu sebenarnya
bukan dariku. Mama yang mengirimnya padamu. Ia tidak ingin anaknya ini
melupakan ulang tahun salah satu teman dekatnya.
Sekali lagi selamat ulang tahun.
Semoga kamu bisa menjadi orang yang sukses. Lebih baik dari sekarang. Jangan
lupa bahagiakan kedua orang tuamu. Tunjukkan kepada mereka bahwa anak mereka
adalah anak yang berbakti. Juga kamu harus jaga dia ya. Jangan sampai kamu
sia-siakan dia yang udah mau nerima kamu lagi. Harus setia sama pasangan kamu
sekarang. Aku yakin dari awal memang kita tidak berjodoh. Kamu akan kembali
padanya. Cepat atau lambat itu akan terjadi. Dan ternyata itu terjadi lebih
cepat dari yang aku bayangkan. Oh iya, terima kasih juga karena kamu udah mau
mampir di kehidupan aku yang begitu tidak menarik. Terima kasih karena berkat
kamu aku jadi bisa merasakan indahnya jatuh cinta, sakitnya sakit hati, dan
satu hal yang sekarang aku yakin, karma itu ada. Kamu yang membuat kisahku
menjadi menarik. Memberi warna di atas hati yang bersih ini. Sekarang
bercak-bercak warna itu bertebaran. Sungguh kini aku merasakan pahit manisnya
dilema percintaan. Maaf karena aku tidak bisa memberimu hadiah yang pantas
untuk ini semua. Terakhir pesanku, jangan pernah lupakan bahwa kita pernah
bersama. Jangan lupakan bahwa dulu aku pernah menjadi bagian dari cintamu.
Sebaliknya, aku akan mengenangmu sebagai yang pertama. Selamanya.
No comments:
Post a Comment