Labels

Saturday, March 16, 2013

Between


Bagian 15

            “Wah, selamat ya, Dra, lo lulus duluan dari gue. Lo emang hebat.” Ardi masih mendekap Indra dalam pelukannya.
            “Lo buruan susul gue dong. Jangan betah di sini,” ucap Indra menggoda sahabatnya itu.
            Ardi melepaskan pelukannya. Ditatapnya sahabatnya yang sebentar lagi akan pergi jauh meninggalkannya. Mengapai mimpinya yang sebentar lagi akan terwujud.
            “Indra.”
            Indra dan Ardi menoleh berbarengan saat terdengar namanya dipanggil. Ardi memperhatikan sekeliling ruangan besar yang dipenuhi oleh mahasiswa berjubah hitam dengan senyum lebar yang menghiasi wajah masing-masing. Dari kejauhan, terlihat seorang gadis berlari-lari kecil dengan pakaian yang sama seperti Indra datang menghampiri mereka.
            “Siapa, Ar?” Tanya Indra kepada Ardi.
            “Zarel,” jawabnya.
            “Indra,” panggil gadis itu lagi.
            Indra bisa mendengar dengan jelas kali ini suara yang memanggil namanya itu.
            “Selamat ya,” ucap Zarel kepada Indra.
            Indra memberikan senyum terbaiknya kepada Zarel. Meski ia tidak bisa melihat bahwa itu Zarel, namun Indra sangat hapal dengan suara khas itu. “Makasih ya. Kamu juga, selamat ya.” Mereka saling berjabat tangan.
            “Wah emang bener-bener pasangan yang serasi ya. Sekarang kalian berdua udah duluan ninggalin gue,” ujar Ardi. Wajahnya terlihat murung. Ada ke irian dan kebahagiaan sekaligus yang bersarang di wajahnya.
            “Hai,” terdengar sapaan dari arah belakangan mereka.
            Indra sudah tahu suara siapa itu.
            “Fiona sama Le,” Zarel berbisik kepadanya.
            Fiona dan Leandra melebarkan kedua lengannya. Siap memeluk Zarel. Namun, Ardi lebih dulu mendekat ke arah mereka.
            “Eh, Ar. Kok lo sih yang ngedeket,” ucap Fiona terkaget.
            “Kita bukan mau meluk lo, ndut.” Leandra menimpali.
            “Hahah...” Indra dan Zarel tertawa melihat tingkah ketiga sahabatnya itu.
***
            Zarel memandang Indra dari balik jubah hitam dan topi toga yang masih setia menaungi kepala mereka dari dua jam lalu. Kali ini hanya dia yang bisa memandang Indra. Bukan  karena tidak ada orang lain di sini. Tapi karena Indra tidak akan pernah lagi bisa memandangnya.
            “Habis ini kamu mau kemana?” Tanya Zarel kepada Indra yang duduk di sebelahnya.
            Mereka tidak lagi di dalam ruang besar yang penuh kebahagiaan itu. Indra mengajak Zarel keluar. Duduk di taman di samping gedung wisuda.
            “Aku mau ke Jepang,” jawabnya dengan posisi kepala masih menghadap lurus ke depan.
            Zarel tahu Indra tidak pernah bercanda untuk masalah pendidikannya.
            “Kamu lulus seleksi penerimaan S2 di Hokkaido?”
            “Mmm...” Indra mengangguk.
            Zarel membulatkan matanya. “Hebat. Aku emang yakin kamu pasti bisa ngelakuin itu.”
            “Kamu mau ikut?”
            Zarel menggeleng. “Aku nunggu kamu di sini aja. Makanya, cepet selesain kuliah di sana, terus pulang ke sini.”
            “Iya, bawel,” sahut Indra sambil menjetik pelan hidung Zarel.
            “Kamu  harus bisa keliling dunia seperti impian kamu.” Zarel memandang Indra, memberinya semangat.
            “Pasti, karena aku udah dapet tiketnya.”
            Zarel mengkerutkan keningnya. “Tiket?”
            Lagi-lagi Indra mengangguk.
            Ia menunjuk topi toganya. “Ini. S1 adalah tiket keliling dunia.”
            Bukan hanya Zarel yang setuju dengan  pernyataan itu. Rumput-rumput di sekitar mereka pun ikut mengangguk tanda setuju. Sebenarnya kebahagiaan adalah milik mereka yang mau berusaha.
THE END

No comments:

Post a Comment